Senin, 25 Maret 2019


LAPORAN PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT


logo balek lagi ke lamo
 















PELATIHAN BASIC LIFE SUPPORT PADA TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS KEBON IX SUNGAI GELAM
KABUPATEN MUARO JAMBI






Oleh:


Ns. SURYADI IMRAN,.MKep
NIDN:
1020117201
Ns. ERWINSYAH,MKep.Sp.KMB
NIDN:
1015057902












PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN GARUDA PUTIH
JAMBI
Bulan Februari 2016








KATA PENGANTAR
 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah Peneliti panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan, semoga usulan pengabdian kepada masyarakat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dalam hal ini tim peneliti mengucapkan terimakasih kepada; Direktur Akper Garuda Putih Jambi, Ketua LPPM AKPER GAPU Jambi atas dukungan baik dari segi moril maupun materil yang telah Bapak berikan semoga menjadi amal ibadah bagi kita semua Amin
Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua, Amin ya Robbal Alamin.
Jambi,        2016

Peneliti


























                                               


                                  




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
“Pelatihan BLS pada tenaga kesehatan Puskesmas Kebon IX Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi”.
Bab 2. Pendahuluan 
Kecamatan Sungai Gelam merupakan salah satu wilayah Kabupaten Muaro Jambi dengan luas ± 80.455,25 Ha, yang berbatasan dengan beberapa wilayah, antara lain : Bagian Utara berbatasan dengan Desa Tangkit, Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Pulau, Bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Talang Bakung Kota Jambi, Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Petaling. Secara umum kondisi geografis wilayah terdiri dari perkebunan dan terletak di daerah penyulingan minyak.
Karakteristik penduduknya majemuk dan heterogen, dan sebagian besar penduduknya suku melayu jambi, dengan kebiasaan dan adat istiadat yang bernuansa melayu jambi, rata-rata pekerjaan penduduknya adalah pekerja pemerintahan dan swasta, penduduk kecamatan sungai gelam ini mempunyai tingkat kejadian kasus kegawat daruratan yang cukup tinggi, seperti kasus kecelakaan lalu lintas, keracunan rumah tangga dan komplikasi penyakit jantung koroner dan stroke, sehingga memungkinkan penduduknya mengalami kasus kegawatdaruratan, selain itu  karena kondisi jalan yang rusak sehingga memicu terjadinya banyak aksus kecelakaan lalu lintas.
Jumlah kasus kegawatdaruratan dari data puskesmas di dapatkan sekitar 10% penduduk yang berobat mengalami kasus kegawat daruratan dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Sungai Gelam.. Tingginya angka penderita hipertensi ini menimbulkan masalah yang serius dibidang kesehatan, karena banyak keluarga dengan anggota keluarganya yang  tidak mengetahui bagaimana cara memberikan bantuan hidup dasar, dan haMpir semua petugas kesehatan di Puskesmas Kebon IX belum mendapatkan pelatihan BLS, sehingga kadangkala karena kurang pengetahuan tersebut banyak masyarakat yang penangnannya tidak tepat pada akhirnya hanya menjadi kasus rujukan ke Rumah sSakit.
Berdasarkan dari survey pendahuluan diketahui sekitar 99% tenaga kesehatan belum mendapatkan pelatihan bantuan hidup dasar (BLS). Untuk membantu permasalahan tersebut maka  dirasakan perlu adanya pelatihan BLS kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Kebon IX.
2.      Perumusan  Masalah
Berdasarkan dari fenomena diatas maka yang menjadi rumusan masalah nya adalah bagaimana “Masih kurangnya keterampilan tenaga kesehatan tentang pemberian bantuan hidup dasar pada masyarakat yang mengalami kejadian kegawatdaruratan”.
3.      Tujuan Kegiatan
3.1     Tenaga kesehatan mengetahui pengertian bantuan hidup dasar setelah dilakukan pelatihan.
3.2     Tenaga kesehatan mengerti cara memberikan bantuan hidup dasar pada kasus kegawatdaruratan.

4.      Manfaat Kegiatan
4.1    Dapat meningkatkan pengetahuan Tenaga kesehatan tentang BLS.
4.2    Dapat membantu masyarakat yang mengalami kegawatdaruratan
4.3    Dapat membantu meningkatkan status kesehatan maysarakat

5.      Khalayak Sasaran
5.1.     Peserta memiliki kemauan dan ketersediaan waktu untuk mengikuti penyuluhan tersebut
5.2.     Peserta mempunyai komitmen tinggi untuk menyebarluaskan materi pelatihan kepada masyarakat








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.      Pengertian Hipertensi
          Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang  bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan. Karena sifat pelayanan gawat daruarat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan  untuk memperoleh pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai  kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalika.
           Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun resiko tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan gawat darurat, yaitu : kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik kondisi klien maupun jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat, keterbatasan sumber daya dan waktu,  adanya saling ketergantungan yang sangat tinggi diantara profesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat, keperawatan diberikan untuk semua usia dan sering dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang diberikan harus cepat dan dengan ketepatan yang tinggi (Maryuani, 2009).
           Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau informasi yang mendasar pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus berkompeten dalam melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan  menentukan bentuk  pertolongan yang akan diberikan kepada pasien. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula dapat dilakukan pengkajian awal sehingga  pasien tersebut dapat segera mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian.
          Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan pengkajian primer meliputi  : A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability, mengecek status neurologis; E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia (Holder, 2002).
          Pengkajian  primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Pengkajian  primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway Breathing Circulation (ABC). Karena kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian primer  pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien (Mancini, 2011).
 Perawatan pada pasien yang mengalami injuri oleh tim trauma agak berbeda dengan pengobatan secara tradisional, di mana penegakan diagnosa, pengkajian dan manajemen penatalaksanaan sering terjadi secara bersamaan dan dilakukan oleh dokter yang lebih dari satu. Seorang leader tim harus langsung memberikan pengarahan secara keseluruhan mengenai penatalaksanaan terhadap pasien yang mengalami injuri, yang meliputi (Fulde, 2009) : Primary survey, Resuscitation, History, Secondary survey, Definitive care

A.     Primary Survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari  Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
1.    Airway maintenance dengan cervical spine protection
2.    Breathing dan oxygenation
3.    Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
4.    Disability-pemeriksaan neurologis singkat
5.    Exposure dengan kontrol lingkungan
Sangat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey bahwa setiap langkah harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan jika langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. Setiap anggota tim dapat melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan peran tertentu seperti airway, circulation, dll, sehingga akan sepenuhnya menyadari mengenai pembagian waktu dalam keterlibatan mereka (American College of Surgeons, 1997). Primary survey perlu terus dilakukan berulang-ulang pada seluruh tahapan awal manajemen. Kunci untuk perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah, kemudian diikuti oleh pemberian intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang melalui pendekatan AIR (assessment, intervention, reassessment).
Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain (Gilbert., D’Souza., & Pletz, 2009) :
1.   General Impressions
a)      Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
b)      Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
c)      Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)
2.   Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan  bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
a)      Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan bebas?
b)      Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
1)    Adanya snoring atau gurgling
2)    Stridor atau suara napas tidak normal
3)    Agitasi (hipoksia)
4)    Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
5)    Sianosis
c)      Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial penyebab obstruksi :
1)    Muntahan
2)    Perdarahan
3)    Gigi lepas atau hilang
4)    Gigi palsu
5)    Trauma wajah
d)      Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
e)      Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
f)       Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi :
1)    Chin lift/jaw thrust
2)    Lakukan suction (jika tersedia)
3)    Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
4)    Lakukan intubasi

3.   Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
a)    Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.
1)     Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
2)     Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
3)     Auskultasi  untuk adanya : suara abnormal pada dada.
b)    Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
c)    Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
d)    Penilaian kembali status mental pasien.
e)    Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
f)     Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
1)       Pemberian terapi oksigen
2)       Bag-Valve Masker
3)       Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar), jika diindikasikan
4)       Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures
g)    Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi sesuai kebutuhan.

4.   Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan. Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis shock didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan perhatian segera adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac, spinal shock dan anaphylaxis. Semua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui paparan pada pasien secara memadai dan dikelola dengan baik (Wilkinson & Skinner, 2000)..
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
a)      Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
b)      CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
c)      Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan secara langsung.
d)      Palpasi nadi radial jika diperlukan:
1)       Menentukan ada atau tidaknya
2)       Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
3)       Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
4)       Regularity
e)      Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill).
f)       Lakukan treatment terhadap hipoperfusi

5.   Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
a)      A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang diberikan
b)      V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa dimengerti
c)      P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
d)      U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
6.   Expose, Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah  mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan  telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011). 
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
ü  Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
ü   Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis. (Gilbert., D’Souza., & Pletz, 2009).
  



B.    Penutup
Resume
1.   Proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa terdiri dari primary assessment, secondary assessment, focused assessment, dan diagnostic procedure.
2.   Konsep primary assessment merupakan proses evaluasi awal yang sistematis dan penanganan segera pada pasien dewasa yang mengalami kondisi gawat darurat, yang meliputi Airway maintenance, Breathing dan oxygenation, Circulation dan kontrol perdarahan eksternal, Disability-pemeriksaan neurologis singkat dan Exposure dengan kontrol lingkungan.
3.   Konsep secondary assessment yang membahas mengenai proses anamnesis dan pemeriksaan fisik head to toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera yang dialami pasien dewasa.
4.   Konsep Focused assessment yang membahas mengenai beberapa komponen apengkajian terfokus yang penting untuk melengkapi primary survey  pada pasien dewasa di gawat darurat.
5.   Pemeriksaan diagnostik yang dibutuhkan untuk melengkapi proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa, yang meliputi : Endoskopi, bronkoskopi, CT scan, USG, dll.
6.   Perbedaan proses pengkajian gawat darurat pada pasien dewasa dengan kondisi trauma dan non trauma adalah pada isi pertanyaan yang ditanyakan (content) pada saat melakukan anamnesis dan pemeriksaan head to toe yang dilakukan.


BAB III
METODE DAN PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1    Metode Penerapan Kegiatan
Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat ini adalah metode penyuluhan yang langsung diberikan kepada masyarakat,.
3.2    Keterkaitan
Kegiatan pengabdian masyarakat ini melibatkan mahasiswa Akper Gapu Jambi tahun 2017 di Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi  
3.3    Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap masyarakat di Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi dengan diskusi yang terjadi selama pelatihan, Keterlibatan institusi pendidikan dalam hal ini adalah sebagai promotor dan fasilitator dalam upaya kesehatan masyarakat untuk meningkatkan pendidikan kesehatan bagi tenaga kesehatan puskesmas Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
Kegiatan pengabdian ini telah dilakukan pada tanggal 28 Januari 2017, kegiatan ini diikuti oleh 61 orang peserta yang terdiri dari  kepala Puskesmas Kebon IX, seluruh tenaga kesehatan Puskesmas Kebon IX Sungai Gelam, adapun materi yang diberikan adalah pelatihan BLS

4.2    Pembahasan
Dari hasil pelatihan yang telah diberikan tentang bantuan hidup dasar pada tenaga kesehatan Puskesmas Kebon IX di Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambii dapat dinyatakan bahwa selama kegiatan berlangsung peserta sangat antusias hal ini dapat dilihat dari banyaknya peserta yang bertanya dan memperhatikan pelatihan yang di sampaikan oleh tim pengabdian masyarakat Akper Gapu Jambi. Akhir dari pertemuan mahasiswa memantau prilaku masyarakat dalam bantuan hidup dasar di Puskesmas Kebon IX Sungai Gelam Kabuipaten Muaro Jambi.



DAFTAR PUSTAKA


American College of Surgeons. (1997). Advanced trauma life support for doctors. instructor course manual book 1 - sixth edition. Chicago.

Curtis, K., Murphy, M., Hoy, S., dan Lewis, M.J. (2009). The emergency nursing assessment process: a structured framedwork for a systematic approach. Australasian Emergency Nursing Journal, 12; 130-136.

Delp & manning. (2004) . Major diagnosis fisik . Jakarta: EGC.
Diklat Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118. (2010). Basic Trauma Life Support and Basic Cardiac Life Support Edisi Ketiga. Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118.

Diklat RSUP Dr. M. Djamil Padang. (2006). Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat darurat (PPGD). RSUP. Dr.M.Djamil Padang.

Djumhana, Ali. (2011). Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas. FK. UNPAD. Diakses dari http://pustaka.unpad.ac.id/ tanggal 28 april 2013.

Emergency Nurses Association (2007). Sheehy`s manual of emergency care 6th edition. St. Louis Missouri : Elsevier Mosby. 

Fulde, Gordian. (2009). Emergency medicine 5th edition.  Australia : Elsevier.
Gilbert, Gregory., D’Souza, Peter., Pletz, Barbara. (2009). Patient assessment routine medical care primary and secondary survey. San Mateo County EMS Agency.

Gindhi, R.M., Cohen, R.A., dan Kirzinger, W.K. (2012). Emergency room use among aults aged 18-64: early release of estimates from the national health interview survey, January-June 2011. Diakses pada tanggal 28 April 2013, dari http://www.cdc.gov/nchs/data/nhis/earlyrelease/emergency_room_use_january-june_2011.pdf

Holder, AR. (2002 ).Emergency room liability. JAMA.
Institute for Health Care Improvement. (2011). Nursing assessment form with medical emergency team (MET) guidelines. Diakses pada tanggal 28 April 2013, dari http://www.ihi.org/knowledge/Pages/Tools/NursingAssessmentFormwithMETGuidelines.aspx.

Ishak, 2012. Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapis. Diakses dari http://www.slideshare.net/IshakMajid/radiologi-laboratorium-a4 tanggal 5 Mei 2013

Lombardo, D. (2005). Patient  asessment.   In: Newbury L., Criddle L.M., ed. Sheehy’s manual of emergency care,  ed 6. Philadelphia: Mosby.  
Lyandra, april, Budhi, Antariksa, Syahrudin. (2011). Ultrasonografi Toraks. Jurnal Respiratori Inonesia Volume 31 diakses dari http://jurnalrespirologi.org/ tanggal 28 April 2013.
Lyer, P.W., Camp, N.H.(2005).  Dokumentasi Keperawatan, Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, Edisi 3.  Jakarta: EGC






























Lampiran Dokumen Pengabdian Masyarakat

 






























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar